Tentang Servis

Sebenarnya sudah cukup lama ingin menulis tentang cerita perjalanan saya sewaktu di Jepang, tapi baru ada waktu (halah sok sibuk banget sih). Jadi insyaallah, mulai hari ini saya mau rajin memposting sekedar berbagi cerita dengan semuanya. Karena membaca postingan terbaru dari neechan Imel, saya jadi teringat dengan pengalaman saya ketika berada di Jepang.

Membaca postingan ini saya teringat bahwa minggu kemarin sensei saya baru saja membahasnya di kelas. Beliau yang pernah pergi ke Jepang, sangat mengamini fakta bahwa Orang Jepang memiliki kualitas yang menurut saya TOP dalam hal hospitality, baik itu usaha kecil maupun besar.

Sensei saya mengatakan, mereka (Orang Jepang) tidak boleh menunjukkan ketidaksukaan terhadap customer. Jadi walaupun kesal setengah mati, mereka tidak boleh menunjukkan hal tersebut di depan pelanggan.

Saya juga menjadi saksi dari pelayanan dari orang Jepang ini. Contoh ketika saya turun di Stasiun Morioka, untuk berganti kereta menuju Akita, saya membeli satu botol kecil air mineral yang harganya tidak lebih dari 300 yen. Tangan kiri saya memang penuh dengan brosur, peta dan buku panduan tentang Akita yang diberikan oleh si Nanonano (heran ini orang di setiap stasiun kerjanya ngambilin brosur travel, hehhee memang sih untuk saya, arigatou nanonanochan), dan ketika saya ribet cari uang receh untuk membayar air minum itu, tiba-tiba si Nanonano colek colek menyuruh saya untuk melihat ke counter.

Ternyata si kasir dengan wajah penuh senyum menyodorkan kantung plastik berwarna putih yang lumayan besar (terlalu besar untuk botol minuman saya yang hanya seukuran Aqua 300ml). karena saya piker itu untuk botol minuman yang sudah saya beli, tentu saja saya menolak (maksudnya tidak usah pakai plastik) si kasir kemudian nyerocos pakai bahasa jepang yang kemudian ditranslate oleh Si Nanonano “itu buat brosur-brosur, dia kasih kamu plastik buat itu, biar nggak ribet”

Oh! Saya langsung meminta maaf dan berterimakasih. Kemudian saya berpikir hmm sampai segitunya memperhatikan pelanggan, padahal ini cuma swalayan kecil (semacam Indomart atau alfamart kalau di Indonesia).

Jika dibandingkan dengan kualitas pelayanan di Jakarta? Wah, jauh sekali! Kalau disini malah kita yang harus nanya “Bang, ada kresek yang gedean nggak?” baru deh dikasih. (hehehe pengalaman belanja di pusat tekstil di daerah Jakarta Pusat). Satu lagi jenis “pelayanan” yang tidak saya suka adalah “mbuntut” pelanggan. Hal ini sering saya ditemui di pusat-pusat perbelanjaan besar. Sebagai contoh sebuah toko sepatu “B” dimana begitu kita masuk, pelayan took langsung “mbuntut”I kemanapun kita bergerak. Mungkin mksudnya jika pelanggan butuh bantuan, mereka langsung siap sedia. Namun kalau bagi saya kok kesannya jadi seakan-akan kita ini maling yang diawasi kalau-kalau mau mencuri.

Pernah saya ingin masuk ke dalam sebuah toko baju yang lumayan terkenal karena tertarik dengan tulisan “diskon 70%” tapi dicegah adik saya. Ketika saya Tanya alasannya kenapa, dia hanya menjawab “malas!”. Saya paling sebal dengan jawaban itu. Namun, setelah berada lumayan jauh dari toko itu barulah dia menjelaskan kalau mbak-mbak pelayan toko itu selalu mengikuti pelanggan yang masuk ke toko tersebut. Ah saya baru mengerti. Kalau seperti itu, malah membuat pelanggan merasa tidak nyaman, apalagi kalau tidak berniat membeli seperti saya contohnya 😛 hehehe

One thought on “Tentang Servis

  1. Hm… bisa sebrilian itu service di sana. Salut!

    Sama, kalau ga suka ke toko yang suka dibuntuti. Cuman betah sebentar lalu keluar lagi meskipun ada yg suka.

Leave a comment