Dinginnya Ujian

Dinginnya Rende hari ini. Tadi pagi begitu saya buka jendela kamar, gunung di seberang sana hampir-hampir tidak terlihat. Semua tertutup kabut. Hmm…musim dingin kali ini memang sedikit lambat. Televisi lokal sudah berkali-kali memberitakan tentang musim dingin di Eropa Utara yang sudah menelan banyak korban jiwa.

Pagi ini memang mendung dan membuat saya sedikit tidak bersemangat untuk pergi ke kampus. Hari ini adalah ujian yang ketiga setelah yang pertama dua minggu lalu dan ini adalah mata kuliah yang dianggap paling sulit oleh kami semua di program Media Education angkatan 2011/2012.

Lembar nilai ujian yang harus ditanda tangan oleh peserta dan dosen penguji

Ujian dijadwalkan jam 9 pagi. Saya dan teman sekamar saya si PLS berjalan menembus dinginnya udara pagi yang seperti es menuju aula Solano, tempat ujian kami. Oiya, ujian di sini berbentuk oral alias lisan seperti layaknya interview. Kami, mahasiswa, diuji pengetahuannya secara lisan. Ketika sampai di Aula Solano, saya membuka pintu dan menutupnya kembali. Oh, Tuhan! Di dalam ada banyak sekali orang. Nyali saya langsung ciut karena, jangankan di depan banyak orang, harus maju di depan dan diuji secara lisan apalagi dengan bahasa Italia yang sangat terbatas, mungkin saya sudah berkeringat.

http://www.emocutez.com

Saya membayangkan apa jadinya duduk di depan dengan bahasa Italia yang terbata-bata seperti orang bodoh di depan banyak orang? Pengen masuk empang aja rasanya! Awalnya saya tidak yakin apakah saya ada di aula yang benar karena saya tidak mengenali orang-orang itu, tapi kemudian saya melihat teman-teman italia saya. Oh sial! Ini benar kelasnya! (tadinya berharap saya yang salah masuk).

http://www.emocutez.com

Akhirnya saya duduk di tengah-tengah mereka dan ternyata bukan saya saja yang ciut nyalinya. Teman-teman yang lain juga. Hati saya bagaikan ditabuh ribuan genderang sambil menanti sang profesoressa (dosen wanita) datang.  “Matilah kita kalau yang menguji adalah teman-temannya si profesoressa. Karena mereka tidak mengerti bahasa Inggris,” kata teman di sebelah saya yang juga mahasiswa internasional dari Guatemala.

Ya, kami sebagai mahasiswa internasional berharap bisa melakukan ujian ini dengan bahasa inggris. Apalagi selama dua hari ini saya hanya belajar dari bahan-bahan berbahasa inggris. Tapi, saya tidak memprediksi bahwa akan ada kemungkinan bahwa dosen lain atau asisten dosen yang akan menguji. Dan, nyali saya semakin ciut karena memang yang datang adalah teman-teman dan asistennya si profesoressa. Matilah awak!, batin saya.

http://www.emocutez.com

Pikiran saya adalah: kabur dan ambil ujian semester depan. Iya, di sini sistemnya adalah kita bisa ujian kapan saja pada periode ujian tidak terpaku pada jika ujian di semester ganjil harus ambil di semester ganjil juga.

Pikiran pengecut sudah sangat menguasai sebagian besar otak saya. namun, ketika si professoressa datang dan mengumumkan bahwa ia akan membagi ujian menjadi dua sesi karena ada terlalu banyak orang (angkatan kami ada 32 orang). Alhamdulillah, saya kebagian kelompok dua dimana waktu ujian kami dimundurkan menjadi jam 15.30  sore hari waktu setempat.

http://www.emocutez.com

Saya baru merasa bahwa Allah SWT benar-benar sayang dan mendengar doa saya. Saya masih diberi kesempatan untuk belajar sedikit lagi. Akhirnya saya pulang, dan sekitar satu jam kemudian si PLS memberi kabar lewat sms bahwa dia mendapat nilai 30 e lode. Oiya, di sini nilai terendah adalah 18 dan yang tertinggi adalah 30. Jadi, 30 e lode itu bisa dibilang 30++. Yah, percaya sih karena memang si PLS ini jenius abesss! Dan yang membahagiakan adalah dia diperbolehkan ujian dalam bahasa inggris!

What a great news!

Saya menyempatkan minum kopi dulu bersama dua orang teman sebelum akhirnya pergi ke kampus. Jam 3 sore, saya meninggalkan apartemen dan kembali menembus dinginnya udara Rende yang tengah dilanda kegalauan, apakah akan turun salju atau hanya hujan saja malam ini.

Profesoressa terlambat setengah jam lebih. Hati saya makin dag dig dug. Saya ada di urutan nomor dua. Setelah satu orang, giliran saya dipanggil (untung kali ini tidak ada banyak orang di aula, hanya teman-teman sekelas saja). Profesoressa awalnya nyerocos dengan bahasa italia lalu saya bertanya “apakah saya boleh ujian dengan bahasa inggris?” dia langsung meng-iya-kan.

Pertanyaan demi pertama seputar teori psikologi dan behaviourisme dilontarkan. Alhamdulillah, meski tangan  gemetar dan dingin, saya dinyatakan lulus ujian dengan nilai 30. Subhanallah, saya sungguh terharu karena saya tidak berharap akan nilai yang tinggi. Minimal 27 saja sudah cukup.

Sepulang-nya dari ujian, senyum saya tidak pernah pudar sampai saat ini. Hari yang kelabu tapi tidak untuk hati saya. Dan, salju pun diperkirakan akan turun malam ini.

4 thoughts on “Dinginnya Ujian

Leave a comment