Istirahat

Mendorong koper di pagi buta dimana kebanyakan orang masih terlelap, mengawali kegiatan saya hari ini. Hanya saya, koper kuning dan teman pengantar yang tak henti berkicau. Cukup menghibur hati. Akhirnya hari ini tiba juga, batin saya. Ketika satu per satu teman yang berencana pulang ke Indonesia berangkat, sekarang giliran saya. Kembali pulang ke tanah air, setelah hampir satu tahun merantau.

Awalnya agak ragu, tapi karena rasa kangen pada keluarga dan kebetulan dapat tiket murah, akhirnya saya memutuskan untuk “rehat” sejenak dari Italia. Bukan kali pertama saya pergi dan tinggal jauh dari rumah. Rasanya hampir sama. Namun perjalanan pulang kali ini sungguh menarik karena saya belum pernah melakukan perjalanan  lintas benua. Jika dihitung mulai dari menapakkan kaki keluar dari pintu apartemen, total perjalanan pulang ini memakan waktu tiga hari.

Saya menumpang kereta Freccia Rossa pukul 8 pagi , kereta paling awal menuju Roma. Kereta ini berangkat dari Paola, kota terdekat yang berjarak sekitar 20 menit dengan kereta lokal dari Rende. Kereta lokal kecil mulai bergerak, lambaian tangan pada teman pengantar menjadi tanda perpisahan saya dengan Rende. Sampai ketemu dua bulan lagi! batin saya sembari mencari posisi duduk di kursi kereta kecil ini.

Siap meninggalkan Rende

Sesampainya di Paola, ada kejadian bodoh yang menemani saya sembari menunggu datangnya si Freccia Rossa ini. Awalnya saya duduk di section D karena setiap kereta datang, selalu ada pengumuman yang memberitahukan tentang posisi rangkai gerbong. Pada tiket tertera bahwa saya ada di gerbong 7. Sebelum kedatangannya, berkali-kali diumumkan bahwa gerbong 7 akan berhenti tepat di section D. Daan…berkali-kali pula saya mondar mandir dari section D dan B, sembari mendorong si koper kuning. Terhitung empat kali saya bolak balik mendorong koper. Rupanya rasa gugup mulai menghampiri saya dan telingapun berkali-kali ragu apakah yang didengar itu D atau B. Saya gugup karena tidak mau salah masuk gerbong. Perhitungan tentang lokasi gerbong kita tidak boleh salah karena kereta hanya berhenti sebentar. Jika salah masuk, alih2 berangkat malah ketinggalan kereta. Ini hal yang paling saya takutkan dan paling sebisa mungkin dihindari.

Alhamdulillah, rasa gugup mulai hilang dan perhitungan tentang gerbong sudah benar. Saya melompat ke gerbong tujuan dan mencari tempat duduk. Awalnya saya sudah mewanti-wanti untuk menengok ke tempat penitipan koper di atas gerbong. Semua penuh. Saya mulai khawatir, tapi rasa itu hilang seketika melihat ternyata di depan kursi saya ada sebuah ruang kosong untuk meletakkan koper besar.

Kereta mulai bergerak meninggalkan Paola, bergerak meninggalkan Selatan menuju Utara. Perjalanan ke Roma memakan waktu sekitar tiga jam dengan kereta express seharga 49 Euro ini. Saya memilih menggunakan kereta ini karena memang ingin sampai lebih awal di Roma (biasanya sekitar lima jam dengan kereta biasa).

Di sebelah saya seorang pria berambut keriting pirang tidak henti menerima atau menelpon, memberitau dimana posisi dia. Di seberang saya, gadis Italia dengan kacamata hitam besar ala selebriti hollywood juga sibuk menelpon dengan nada suara malas yang dibuat-buat.

Kereta hanya berhenti satu kali di Napoli. Naik ke utara, pemandangan mulai berganti. Pantai dan perbukitan mulai digantikan dengan perumahan padat penduduk dan gedung. Rasanya hampir sama seperti dulu ketika saya melakukan perjalanan mudik dari Yogyakarta menuju Jakarta setiap libur lebaran yang bertepatan dengan libur panjang sekolah.

NB:

Terimakasih banyak teruntuk Yuges Saputri Muttalib yang sudah berkenan mengantar dan menemani dengan kicauannya yang membuat perjalanan dari asrama-stasiun menjadi tidak membosankan.

3 thoughts on “Istirahat

    • hihihi ayo gunakan boso italianomu, nduk. itung2 latian. di paola orang2nya baik2 kok. yg penting dh sms org centro yg jemput ya…makasih udah berkunjung. have a nice trip tomorrow! ci vediamo a rende 😉

Leave a comment